Blogger Widgets

Anak Demam

Demam (suhu tubuh diatas 37º C) bukanlah penyakit, tetapi reaksi pertahanan tubuh terhadap cedera atau infeksi.  Beberapa tindakan penanggulangan demam pada anak: 

  1. Pencatatan suhu tubuh untuk memantau perkembangan demam anak, bukan dengan “menebak” suhu tubuh berdasarkan perabaan tangan (tanpa menggunakan termometer).
Pengukuran suhu tubuh dengan t e r m o m e t e r.

    • Jika menggunakan termometer air raksa harus hati-hati jangan sampai pecah. Air raksa sangat berbahaya bagi tubuh. Pastikan air raksa berada di reservoir atau di bawah 35°C. Bila tidak di reservoir, kibaskan ujung yang tidak berair raksa.
    • Sebelum menggunakan termometer, bersihkan ujungnya yang berisi air raksa dengan pembesih alkohol atau air sabun.
    • Jika menggunakan termometer air raksa, tahan sekitar 3-5 menit atau sampai air raksa tidak bergerak lagi, baru dilihat hasilnya. Sementara jika dengan termometer digital relatif lebih cepat.
    • Jika hasil pengukuran menunjukkan angka lebih dari 37,5° C, artinya anak demam. Hal ini bisa juga kerena baju anak terlalu tebal atau suhu tubuhnya meningkat karena banyak bergerak. Jika kurang pasti, lakukan lagi pengukuran sekitar 30 menit kemudian. 
    • Setelah pemakaian, jangan lupa membersihkan kembali termometer dengan pembersih beralkohol. 

    Cara mengukur suhu tubuh anak dengan termometer  digital yang lebih aman, cepat dan akurat.
    • Untuk bayi, ukur suhu dubur/anus/rektumPerubahan suhu di dubur seringkali di belakang suhu tubuh pusat (suhu organ di dalam tubuh) sehingga ada risiko bahwa perubahan suhu yang besar terlambat terdeteksi. Lokasi ini adalah yang paling mendekati suhu tubuh yang sebenarnya.
    • Untuk anak besar, ukur suhu di daerah mulut. 

      Suhu di mulut biasanya cukup mewakili suhu tubuh.   Pacifier thermometer (termometer empeng)

    • Telinga (Tympanic thermometer).
      Bagian dalam telinga mudah diakses untuk mengukur suhu dengan menggunakan termometer non-kontak. Suhu yang diukur di telinga memberikan indikasi yang dapat diandalkan.


    • Suhu di ketiak sekitar 0,5 sampai 0,8 derajat lebih rendah dari suhu rectal.  Anak kecil seringkali sulit mempertahankan posisi termometer di ketiak sehingga pengukurannya bisa tidak akurat.  
    2. Beri kompres h a n g a t. 

    • Secara logika tubuh yang panas harus didinginkan dengan air es. Namun karena kerja salah satu bagian otak atau hipotalamus adalah sebagai pengatur suhu (termoregulator) dimana bila suhu tubuh meningkat, pusat pengatur suhu ini akan bekerja untuk menurunkannya. Hipotalamus akan menerima informasi bahwa suhu sekitar sedang hangat, segera diturunkan secara otomatis. Inilah efek yang diharapkan. Ketika demam anak akan merasa kedinginan. Kompres hangat membantu mengurangi rasa dingin dan menjadikan tubuh lebih nyaman. Apabila anak demam dikompres dengan es, ketika kompres dihentikan anak akan lebih demam sebab hipotalamus menerima sinyal bahwa suhu sekitar sedang dingin, dimana tubuh anak meminta untuk segera dihangatkan. Sebelum mengompres, sediakan baskom kecil berisi air hangat dengan suhu ± 38 ºC. Basahi handuk atau waslap dengan air hangat tersebut.
    • Saat mengompres, buka baju balita. Letakkan handuk di ketiak dan lipatan paha,  bukan di dahi. Ketiak dan lipatan paha dilintasi pembuluh darah besar, sehingga segera memberi sinyal ke pusat pengatur suhu di otak untuk menurunkan demam. Kompres bagian tersebut ± 10 menit. Bila handuk sudah berkurang hangatnya, ulangi lagi dengan membasahinya dengan air hangat. Kompres lagi sampai suhu tubuh anak menurun.
    • Selesai mengompres, seka bagian yang habis dikompres (kemungkinan basah) dengan cara menekan-nekan kulit, jangan digosok. Gunakan handuk kering. Kenakan kembali baju si kecil. Pilih baju yang tipis dan longgar sehingga membantu meredakan demam melalui proses penguapan.Tutupi anak dengan selimut tipis apabila kedinginan atau menggigil.
    • Hal-hal lain yang sebaiknya Anda perhatikan:
    • Jangan arahkan AC atau kipas angin langsung ke tubuh balita agar ia nyaman selama demam.
    • Kenakan baju tipis pada anak agar panasnya keluar.  
    3. Biarkan anak banyak beristirahat dan tidur untuk memulihkan diri. 
    4. Berikan anak obat-obatan herbal. 
        Bila anak  kuat dan tidak mengalami kejang, demam mungkin tidak memerlukan pengobatan.
    • Usahakan anak minum air secara teratur, kuah sup ayam hangat atau jus buah segar untuk mencegah dehidrasi. Beri minum madu untuk mengganti cairan elektrolit yang hilang melalui keringat dan muntah.
    • Lumuri tubuh anak dengan bawang merah (mengandung minyak astiri) dicampur minyak zaitun atau minyak kelapa, lalu kompres dengan air hangat. 
    • Rebusan 10-15 lembar daun sambiloto (andrographis paniculata) 
             yang direbus dengan 2 gelas air hingga mendidih dan tersisa 1 gelas air (rasanya pahit) untuk diminumkan pada anak yang demam.
    • 3-7 batang (akar, batang daun dan bunga) meniran atau phylanthus urinaria linna/ niruri dicuci bersih, diseduh dengan 1 gelas air panas. Saring kemudian diminum sekaligus. Meniran terasa agak asam, tidak terlalu pahit dan terasa sejuk.
    • Temulawak atau Curcuma Xanthorhiza Roxb. Cuci bersih 10 gram rimpang temulawak. Parut dan tambahkan 1/2 gelas air panas, aduk rata. Setelah dingin, peras, ambil sarinya. Campur dengan 2 sdm madu, aduk rata. 
    • Rebusan akar alang-alang (imperata cylindrica)


    Periksakan anak ke dokter anak bila:
    • Anak berusia kurang dari tiga bulan 
    • Demam berlangsung lebih dari tiga hari 
    • Suhu anak meningkat sampai 40º C. Tubuh anak yang panas mencoba mempertahankan suhu tingginya agar metabolisme berlangsung lebih cepat. Suhu tubuh yang tinggi itu juga menghambat perkembangan kuman dan bakteri. Ketika demam, tubuh akan mendinginkan diri dengan melebarkan pembuluh darah sehingga panas dapat keluar melalui kulit (keringat). Hal ini membuat anak menggigil. Gejala lain yang biasanya menyertai demam antara lain: menggigil dan gigi gemeretuk (jika demam tinggi) nyeri otot dan sendi berkeringat (ketika suhu menurun) denyut jantung meningkat mengantuk dan lemah nafsu makan berkurang.
    • Anak menunjukkan gejala seperti: ruam kulit, sesak nafas, kejang-kejang, kram, diare, muntah. 
    • Jika suhu tubuh tidak juga normal (36 - 37 º C ) anak dapat diberikan sirup, suppository atau tablet penurun panas.
    Febrile Convulsions/Fits/Seizure adalah kejang yang dipicu oleh demam atau step (bahasa Belanda, koortsstuipen). 

    Ini adalah kondisi yang cukup umum pada anak-anak. Sekitar 3-5% anak-anak usia di bawah 6 tahun pernah mengalaminya. Paling sering, kejang demam terjadi pada usia 18 bulan s.d. 3 tahun. Anak-anak di bawah 6 bulan dan di atas 6 tahun jarang yang mengalaminya. 
    Gejala kejang demam 
    • Pada saat kejang dimulai, tubuh anak tiba-tiba kaku dan bola matanya berputar ke belakang. 
    • Tak lama kemudian dia kehilangan kesadaran. 
    • Tubuh, tangan dan kaki kemudian mengejang (kelojotan) dengan kepala terdongak. 
    • Kulit anak menjadi gelap, mungkin kebiruan. 
    • Napasnya tidak beraturan. 
    • Kondisi ini biasanya tidak berlangsung lama. 
    • Dalam beberapa detik sampai menit anak akan berangsur-angsur kembali mendapatkan kesadaran. 
    • Anak mungkin akan terlihat mengantuk untuk beberapa saat sebelum kembali normal. 
    • Meskipun hanya berlangsung beberapa menit, serangan kejang mungkin terasa sangat lama bagi Anda yang menyaksikan.
    Kejang pada anak-anak memang selalu merupakan pengalaman menakutkan. Penyebab Kejang demam terjadi karena aktivitas listrik di otak terganggu oleh demam. Kejang demam dapat merupakan tanda pertama penyakit. Sebagian besar kejang demam terjadi dalam 24 jam pertama penyakit dan tidak selalu saat demam tertinggi. 
    Penyakit yang dapat menyebabkan kejang demam adalah flu, pilek, infeksi telinga dan infeksi lain yang biasanya tidak serius. Namun, penyakit serius seperti pneumonia atau meningitis juga dapat menjadi penyebabnya. Kecenderungan untuk mendapatkan kejang demam diwariskan dalam keluarga. Risiko anak memiliki kejang demam adalah 10-20% bila salah satu orangtuanya pernah mendapatkannya. Risiko meningkat menjadi sekitar 30% jika kedua orangtua dan saudara kandung pernah mendapatkannya. 
    Penanganan bagi anak yang mengalami kejang demam:
    • Rebahkan anak di lantai atau matras yang beralas lembut. Jangan merebahkan anak di ranjang atau meja yang sempit sehingga berisiko terjatuh. 
    • Jika anak mulai muntah atau mengumpulkan air liur di mulutnya, pelan-pelan miringkan tubuhnya agar dia tidak tersedak. 
    • Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher. 
    • Singkirkan benda-benda berbahaya yang dapat melukai dia. 
    • Jangan menahan gerakan anak selama kejang. 
    • Jangan menaruh benda apa pun ke dalam mulutnya. Dahulu orang biasa menempatkan batang kayu di mulut anak untuk mencegahnya menggigit lidah, tapi itu adalah gagasan yang buruk karena berisiko merusak gigi dan cedera mulut lain. 
    • Cobalah untuk tetap tenang. 
    • Kejang akan berhenti sendiri dalam beberapa menit. 
    Fokuskan perhatian untuk menurunkan demam anak: 
    • Bila tersedia, masukkan diazepam dalam bentuk supositoria semi padat ke dalam anus anak  untuk mempercepat penurunan demam. 
    • Kompres kepala dan tubuhnya dengan air hangat (bukan air dingin). Air dingin atau alkohol justru akan meningkatkan demam. Jangan mencoba untuk menurunkan demam anak dengan menempatkannya ke ruangan dingin. Dapat membuka jendela/AC, namun ruangan tidak boleh terlalu dingin. 
    • Setelah kejang berakhir dan anak terjaga, langkah yang paling penting adalah mengidentifikasi penyebab demamnya.
    Hubungi dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan saran perawatan lebih lanjut. 
    Hubungi dokter segera bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit, terjadi lebih dari sekali di hari yang sama atau anak terlihat lemah atau sakit setelah kejang berakhir. 

    Akankah kejang demam berulang? 
    Sebagian besar kejang demam tidak berulang (hanya terjadi sekali seumur hidup anak). Namun, riset menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak yang mengalami kejang demam mengalaminya untuk kedua kali. Risiko kejang demam berulang meningkat jika anak lebih muda dari 18 bulan, jika ada riwayat keluarga kejang demam atau jika penyebabnya demam yang tidak terlalu tinggi (38,5 derajat atau kurang). 

    Apakah kejang dapat menyebabkan kerusakan otak? 
    Kejang demam tidak akan menyebabkan kerusakan otak. Bahkan kejang yang berlangsung satu jam atau lebih pun hampir tidak pernah menyebabkan kerusakan otak. Kejang juga tidak berarti anak memiliki epilepsi. Kejang epilepsi tidak disebabkan atau disertai oleh demam. 
    Namun, kemungkinan epilepsi berkembang pada anak yang telah beberapa kali mengalami kejang demam memang sedikit lebih tinggi daripada yang tidak pernah mengalaminya. Peluang epilepsi berkembang pada anak yang pernah mengalami kejang demam adalah 2% sampai 4%.
    HTML Guestbook is loading comments...